Lapangan Karang Kotagede Berubah Jadi Pemakaman!
Pemandangan yang cukup menarik sekaligus mengejutkan terlihat pada Lapangan Karang Kotagede di hari Rabu, 28 Maret 2018 siang. Lapangan yang biasanya digunakan sebagai ruang terbuka dan arena sepakbola tim Kota Yogyakarta mendadak berubah menjadi komplek pemakaman. Ribuan pusara dengan pintu gerbang bertuliskan makam massal tampak di seperempat lapangan sebelah timur. Namun, ternyata fungsi Lapangan Karang menjadi kuburan massal itu bukanlah hal yang nyata.
Ribuan pusara di tempat itu sengaja dipasang oleh DPD Kesatuan Niaga Celluler Indonesia (KNCI) DIY bersamaan dengan aksi teatrikal yang merupakan wujud protes kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tentang kebijakan aturan registrasi 1 Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk 3 SIM card. Kebijakan itu dinilai mengakibatkan kebangkrutan massal para pelaku usaha konter pulsa.
Meskipun KNCI DIY memiliki massa yang cukup banyak hingga mencapai 7000an, aksi teatrikal dan pembuatan Makam Massal Konter Pulsa ini dinilai cukup sebagai sentilan bagi pemerintah.
“Kami mendukung kebijakan registrasi kartu prabayar menggunakan validasi NIK dan Kartu Keluarga (KK) untuk menjaga keamanan negara. Namun, dengan tegas kami menolak registrasi 1 NIK untuk 3 kartu SIM karena menyebabkan kebangkrutan konter kartu dan pulsa, padahal industri ini adalah kreasi anak bangsa memajukan telekomunikasi selular Indonesia,” ungkap Albab penasihat KNCI DIY.
KNCI DIY juga menilai Menteri Kominfo Rudiantara melakukan pembohongan terhadap para pelaku usaha kecil konter dimana keputusan Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika 7 November 2017. “KNCI diberi janji konter bisa meregistrasi lebih dari 3 SIM tapi sampai hari ini belum direalisasikan, inilah yang kami anggap Kominfo berbohong,” sambung Humas KNCI DIY Ardana.
KNCI DIY saat ini merasakan penurunan omset yang sangat besar hingga 70 persen setelah adanya kebijakan pemerintah tersebut. “Kami juga tidak memungkiri bakal ada keluarga yang putus cari makan karena mau tidak mau kalau begini terus ya harus mengurangi karyawan, ini yang juga kami tak inginkan,” ungkapnya lagi.